Permainan Kehidupan Sialan Yang Nyata | Chapter 1: Nasib yang Tak akan Berubah

Rute 1 : Nasib yang tak akan berubah.

-Onii-chan ohayou… Onii-chan Ohayou…-

Suara alarm dari ponselku. Suara yang imut itu adalah Imouto impianku itu selalu membangunkan aku.

Kamarku yang bisa dibilang kamar Otaku akut.

Dinding penuh dengan poster dari Waifu-waifu impian yang pasti enggak ada yang kayak gitu di dunia ini.

Enggak cuma itu, semua berbau otaku. Mulai dari action figure, light novel, manga, game. Semuanya adalah koleksiku.

Dan sekarang, aku sedang berada di depan monitor komputer ku dengan kantung mata kayak mata panda ini.

Ketiga layar monitor yang masih bercahaya itu dengan tampilan menu window, karena kuota yang lagi habis.

Mata dan badan masih setengah tidur ini dan kantuk masih membayang di depan monitor itu dengan tangan di atas keyboard.

Memakai jaket berwarna merah maroon dengan kaos bergambar Sadako dari anime laknat, Toshi Densetsu dan bersandar di kursi racing.

-Onii-chan Ohayou… Onii-chan Ohayou… Onii-chan-

Ya, alarm dari imouto itu terus berbunyi untuk membangunkan aku.

Melepas headphone yang aku pake di telingaku dan melihat kearah jam dinding dikamar.

06:11

“Ah, sudah sepagi gini… kuota habis dan harus sekolah juga, sungguh enggak enak… Aku mau menjadi NEET.”

Sambil berteriak di dalam hati maunya menjadi NEET dengan kuota unlimited.

Ah, sudah seharian aku dikamar dan begadang untuk nonton tiga anime batch dan memainkan eroge 18+ tanpa ada godaan.

Mencoba berdiri dari kursi dan monitor, Aku mencari tombol lampu kamar yang dari kemarin aku matikan.

Akhirnya ketemu, aku tekan sakelar tombol lampunya dan Ta.. da…  Kamar aku pun hidup kembali.

*Tok, tok, tok, tok, tok*

Suara pintu yang diketuk dan tidak lain yang menetuk itu adalah adik perempuan ku.

“Kakak, bangun sudah pagi... bangun, kak.”

Dia berteriak dengan masih mengetuk pintu kamarku dan aku hanya diam dulu. Setelah diam beberapa saat dan masih adikku mengetuk pintu.

Aku gosok mataku dengan tangan dan menjawab…

“Iya-iya, aku sudah bangun, nih.” Jawabku dengan kesal.

“Oh, sudah bangun, ya… Cepat bangun sudah pagi… Mandi dulu dan sarapan… Sudah itu ayo pergi sekolah.”

“Iya-iya, aku mandi nih.”

Membalas omongan adikku itu, aku lalu mengambil handuk dan pakaian. Lalu keluar dari kamar dan menuju ke kamar mandi.

Adikku turun dari lantai dua rumah, di depan kamarku dan menuju ke dapur yang sepertinya dia mau mematikan kompor.

♦♦♦

Keluar dari kamar mandi dan masuk lagi kekamar untuk memakai pakaian sekolah.

Setelah itu menuju ke dapur untuk sarapan pagi dan seperti terlihat di meja makan dua piring nasi goreng yang masih panas.

Dan tentu saja adik perempuanku yang sedang duduk di kursi makan dan sepertinya menunggu ku.

Sambil duduk manis di kursi dan memakai pakaian sekolah. Memakai baju sekolah dengan rompi yang berlambangkan sekolah dan dasi dengan rok pendek dan stocking hitam.

Adikku memiliki mata berwarna kuning dan rambut coklat yang merupakan warisan dari ibu, rambutnya bergaya dikuncit satu ke samping dengan pita kuning kecil.

Menuju ke meja makan dan duduk di kursi. Aku dan Adikku lalu membaca doa dan memakan bersama makanannya.

Memakan nasi goreng yang dibuat olehnya itu. Seperti biasa enak dan setara masakan ibu.

“Kakak…”

“Ada apa, Shisca ?”

Ditengah makan, adikku lalu berbicara setelah dia meminum jus dan aku mendengarkannya…

“Oh iya, kak… Kakak itu kenapa enggak punya atau cari pacar ?.”

-Fuuuuhhh…-

Aku terdesak setelah mendengar perkataannya yang seakan di serang dan langsung mati oleh last boss monster.

Secara spontan saja aku menanyakannya...

“Kenapa kamu nanyai begitu ?.”

“Yah, habisnya kakak jarang keluar dan kerjanya cuma main terus di kamar aja.”

“Aku tuh enggak mau punya pacar dan bahkan kalo pun ada yang suka dan nembak aku, tentu saja aku tolak.”

Ya, aku memang enggak terlalu suka dengan cewek apalagi pacaran. Kalo di Anime atau LN pasti bilang kalo 'aku cuma suka cewek 2d dan tidak suka dengan cewek 3d yang ngeselin', seperti begitulah.

Tapi, kalo aku pacaran pasti tidak ada waktu bagiku untuk melakukan hobiku seperti; main game, nonton anime, bahkan baca LN dan Manga, dikarenakan pacaran.

Bukan berarti aku benci dengan cewek atau wanita nyata, tapi kurang gimana gitu. Mendengar alasannya itu, Adikku itu langsung ngerespon...

“Oh begitu, yah. Jangan-jangan kakak siscon!, yah”

Hah….

“Enggak-enggak mana mungkin aku siscon apalagi dengan kamu itu”

Sambil menyilangkan tanganku mengelak pertanyaannya itu yang seakan memandang rendah aku kayak dia tuannya saja.

Tunggu dulu, darimana dia tahu perkataan siscon. Apa jangan-jangan dia brocon ?!.

Ah, jangan mimpi seakan hidup ini ada genre incest kayak Onii-chan Dakedo atau Eroimo. Jangan mimpi otakku...

"Ngomong-ngomong, darimana kamu tahu istilah 'siscon' itu."

"Itu mah, aku tahu dari paket pesanan kakak. Kalo enggak salah judulnya 'My sister Brocon and I Siscon' –apalah itu kak."

"Tunggu, jangan-jangan kamu membuka dan membacanya, ya."

"Iya, emang kenapa ?."

Mendengar jawaban itu, Aku membeku batu dengan memegang kepalaku dan menunduk.

Hancur sudah masa depanku ini. Adikku mengetahui bahwa kakakmu ini memainkan game yang bahkan bukan untuk usia kakaknya saat ini.

Tapi, aku menanyakan apa dia membuka isi atau cuma membaca dibelakangnya saja.

Kalo membaca di belakang enggak apa-apa. Tapi, kalo di membuka isinya… Mati aku.

"Kamu, membuka enggak isi paketnya ?."

"I-i-iy… Iya, kak." jawabnya dengan gugup dan menundukkan kepalanya.

"Ah…"

Dia membukanya. Tamat lah riwayatku.

Oh, Dewa kesialan kenapa kau selalu ada di dekatku… Pergi sana…

Saat mengatakan itu, Dia langsung menunduk dan tangannya yang bergerak-gerak.

Aku tahu bahwa dia membaca dan melihat buku panduan dan kaset game itu.

Tolonglah, Tuhan. Hapuskan ingatannya, jangan ada ingatan tersisa di otaknya tentang paket itu.

Menegakkan kepalanya, dia mencoba untuk tidak meminta ku memberitahu kedua orang tua kami.

Apa kamu tahu !, Kalo aku memberitahu ayah ibu. Pasti bukan kau yang dimarahi tapi aku…

"T.. Tapi, tenang aja. Enggak aku beritahu, kok."

"Yakin, enggak kamu beritahu ?"

"Iya… " Sambil menganggukkan kepalanya.

"Tunggu, ini jam berapa ?, yah."

Melihat kearah jam dinding di dapur yang menandai 26 menit lagi mau masuk sekolah.

Melihat jam itu dengan cepat aku dan adikku memakai sepatu dan mengambil tas kami.

““—Wahh… Bisa telat terlambat ini.””

Dia langsung mengambil tasnya yang ada di sofa ruang tamu dan menuju ke pintu untuk memakai sepatunya. Aku yang juga mengambil tasku di kamar dengan cepat turun tangga dan juga memakai sepatu ku.

Adikku yang sudah berlari dulu, setelah memakai sepatunya dengan hampir meninggalkan ku.

"Kak, cepat nanti telat ke sekolah"

"Iya-iya, tunggu dulu… Aku sedang nutup dan mengunci pintu ini."

"Cepetan dong."

"Iya sabar."

Aku yang sudah memakai sepatu, menutup dan mengunci rumah.

Adikku yang tidak sabarlah itu. Terusan berteriak untuk cepatan mengunci pintu.

Sesudah mengunci rumah, Kami berdua berlari ke sekolah dan sedekatnya dengan sekolah kami berjalan kaki.

Rambut coklatnya yang berkibas saat lari cukup bagus dengan wajah yang cantik dari Ibu.

Ayahku adalah Duta Indonesia untuk Jepang, jadi dia dan ibu jarang pulang karena pekerjaan disana.

Dan juga, penyakit ku ini disebabkan tidak lain oleh ayah sama ibu yang biasa pulang atau suka mengirimin game, action figure, dan lainnya ke aku.

Aku dan adikku sudah biasa di tinggal pergi oleh mereka berdua dan untuk urusan rumah aku dan adikku yang ngurusin nya.

Ngomong-ngomong, aku belum berkenalan, ya. Namaku ; Krishna Avatian dan Adikku ; Ananda Shisca Avatian.

Sesampainya di gerbang sekolah, SMA Aruna. Terlihat banyak siswa yang sedang berjalan masuk ke sekolah.

Ada juga yang sedang mengobrol-ngobrol di bangku dekat pohon taman sekolah. Ada yang sedang main bola kaki di lapangan.

Masuk ke dalam gedung sekolah, kami berdua berjalan seperti biasanya. Dia seperti biasa juga menyapa para siswa lainnya.

Kami berdua berpisah di depan kelasnya, Aku lalu mengarah ke kelasku.

[Kelas 2.A]

Ya, sekarang adalah tahun kedua SMAku yang cukup membosankan.

Masuk kedalam kelas, aku lalu duduk di bangku dan menaruh tasku di kursi.

Mengambil ponselku di saku dan memakai headset, aku mulai memainkan game di ponselku.

Di kelas yang super berisik yang membuat aku memainkan ponselku dari pada ikut kedalam pasar kelas ini.

Mulai dari para cewek yang bercerita, cowok-cowok yang ngomongi game mereka, ada juga yang sedang mencari dan mencontek prnya,  para piang kerok kelas yang berlari ke sana kemari...

"Yo, selamat pagi, Krishna"

"Oh, selamat pagi, Hardi"

Seseorang memberi salam kepadaku dan ternyata itu adalah Hardi Arifiandi.

Dia adalah teman dekatku dari Smp dan juga seorang wibu atau otaku enggak bermodal.

Aku membalas dia dan kami mulai ngebahas anime musim kali ini.

"Eih, kris. Sudah belum nonton episode terakhirnya semalam ?"

"Sudah ku tonton, emangnya kenapa ?"

"Kok Karen sudah jebol, sih ?… Padahal waifu aku itu! Kesel aku sama Aomane"

"Salah sendiri kamu milih dia"

Hardi yang frustasi dengan Waifunya yang sudah jebol di terobos oleh MCnya. Sebenarnya sih aku sudah biasa kayak gitu walaupun di 2D.

Kami saling bicara dan aku masih memandang dan memainkan game ponselku.

"Loh, kok kamu tenang saja pahadal itu waifu kamu juga, kan ?"

"Ah iya, aku juga kesel sih… Tapi waifuku itu buanyak, bukan kayak kamu. Gonta-ganti waifu setiap musim, salah sendiri"

"Kamu ini, selalu aja setia sama yang 2d... Kenapa enggak dengan 3d sih."

"Emangnya masalah dengan itu…"

"Enggak juga, sih." Jawabnya dengan agak bingung gitu.

"Oh ya, Hardi, mana Manga yang kamu pinjam kemarin ?…" Tanyaku dengan masih memainkan game tanpa menoleh kearahnya.

"Ah itu…" Matanya terlihat dengan jelas berputar mencari alasan. "Boleh enggak aku pinjam sehari lagi ?, soalnya aku belum selesai ngebacanya."

Ah… Aku menghelakan nafas.

-Welcome "the Royal Intisy Ateva"-

Keluar dari game dan menganti game yang tadi aku mainkan dengan game tipe MMO-RPG, yang baru aku unduh semalam.

"Iya deh, cuma sehari ya. Besok baliki"

"Oke, Arigatou, Akabaneki-Shita."

Hah. Dia memanggil nickname yang biasanya aku gunakan saat log in ke game dan beberapa situs yang ada, kecuali untuk socmed yang sama sekali aku enggak punya.

Seketika seseorang masuk kedalam kelas dan membuat semuanya memandangnya termasuk Hardi, kecuali Aku sendiri yang enggak memandangnya.

Dengan wajah yang cantik, berambut warna pirang yang menandai keturunan asing. Kalo enggak salah, dia bilang dari keturunan inggris.

Tubuh yang bisa dibilang langsing indah bak model dengan prestasinya yang baik itu, dia adalah Anata Pamela Erdha.

Bisa dibilang, siswi terpopuler dan cantik di sekolahan. Dia masuk ke kelas dan menyapa semuanya dengan suara lembutnya yang bisa leleh jika di dengarkan dengan dalam.

"Selamat Pagi semuanya"

Menyapa dan melangkah ke dalam kelas sambil melambaikan tangannya ke semua.

Dan semuanya menjawab sapaan terkecuali aku sendiri yang masih memandang ponselku dengan masih mendengarkan game dengan headset di telingaku.

-The Last Boss- -First Kill- -Double Kill- -Triple Kill- -Max- -Platinum Coin Confirmed- -Ex Art Sword Confirmed- -Winner- -Goob job-

Suara game yang aku dengan sendiri dengan headset ku. Kemenangan yang cukup mudah, Aku masih memainkan karena belum merasa puas dengan Last Boss nya.

Setelah menyapa semuanya, tiba-tiba dia datang kearah ku dengan Hardi yang duduk masih di kursi samping ku.

Hardi yang diam dengan seakan di mukanya berkata 'Anata mau ke sini' dan aku enggak pedulikan itu.

Berhenti di depan ku dan mencoba memberikan salam kepadaku dengan senyumannya dan sedikit membungkuk…

"Selamat pagi, Krishna… Kali ini kita sekelas lagi, yah"

"Selamat pagi, Anata… Iya, mohon bantuan seperti tahun lalu"

Menjawab salam nya, aku yang masih terus memandang ponselku.

Setelah itu, Dia melanjutkan menuju kursi di belakangku dan duduk di bangkunya.

Hardi yang kelihatan itu kaget. Tidak, bahkan hampir setengah kelas kaget.

'Kenapa Anata menyapa cowok itu langsung ?'

Pertanyaan itu seketika muncul di antara mereka. Tapi, aku dan Anata memang sekelas tahun lalu dan sebelahan bangkunya dulu.

Orang yang tadi hanya diam disampingku mulai bicara lagi…

"Tunggu Krishna, kenapa kamu begitu dekat dengan Anata… Sampai di sapa nya juga"

"Oh itu, yah… itu karena…."

Melepas headset ku, keluar dari game dan mematikan ponselku karena bosan main gamenya…

"Itu karena aku dan dia sekelas dan sebelahan juga bangkunya… Dan dia orang yang pertama yang berbicara denganku di sekolah"

"Wah, dekat juga berarti kalian!"

"Enggak juga"

Kelas 2 SMA kali ini bisa dibilang berbeda, yaitu karena ada dua orang teman dalam sekelas sama aku.

*Diiiinngggg………*

Bel sekolah berbunyi.

Hardi pun kembali ke bangkunya dan lainnya juga duduk di bangku mereka masing-masing.

Aku taruh ponsel dan headset ku kedalam tas dan mengambil buku dari tas.

Guru masuk ke dalam kelas dan suasana kelas tenang, enggak ada keributan yang berarti dalam kelas.

Duduk di kursi guru, ketua kelas berdiri dan bersama dengan lain memberi salam ke guru.

"Oke anak-anak, kali ini ibu mau kalian tulis di kertas selembar… Apa yang mau kalian lakukan di masa mendatang nanti ?… Apa bisa!"

""""Baiklah, bu""""

Sontak jawab sebagian murid di kelas yang di suruh bu Merry untuk menulis kayak cita-cita gitu di masa depan nanti.

Menyobek selembar kertas dari buku ku dan mulai menulis nama…



Nama : Krishna Avatian
Kelas  : IX.A

Hal yang mau dilakukan di masa depan :



Dan cita-cita… Apa yah aku enggak tahu mau nulis apa, sih.

Bu Merry terlihat sedang menulis laporan di atas mejanya.

Melihat kearah samping kiri-kanan ku, mereka mulai bisik-bisik dengan kata yang kecil seperti ini…

'Eih, kamu mau jadi apa ?'

'Nulis apa kamu ?'

'Kepo amat sih, kamu'

'Aku nulis jadi ini aja'

'Loh, mau nyontek'

'Aku sih mau jadi dan ini juga'

'Pilih salah satu, oih'

Dan bla bla bla lainya mereka berbicara ngebahas nulis apa.

Yah, aku sih enggak tahu juga mau nulis apa.

[15 menit] sudah lewat

"Baiklah, ayo kumpul semua kedepan"

Sudah 15 menit berlalu dan bu Merry pun menyuruh semuanya kumpul.

Semua kertas sudah terkumpul.

Bu Merry terlebih dulu memeriksa jawaban kami semua dan…

Ternyata kertas aku dulu yang di pilih. Wow sungguh ajaib, amazing, bin gaib.

Bu Merry memanggil namaku dan tentu aku langsung berdiri, karena aku tahu apa yang akan terjadi.

Yaitu…

"Krishna, bisa dijelaskan maksud dari jawaban kosong mu ini"

Menunjukkan kertasku yang kosong ke semua orang di kelas dan apalagi, tentu saja…

"""""""Ahahaha……"""""'".

Seluruh kelas semua ketawa setelah melihat kertasku itu.

Yah, aku sih biasa aja sudah biasa di ketawai oleh orang.

Karena biarlah orang mau bilang apa yang penting kita bisa melakukan apa yang menurut kita "aku ingin melakukan ini".

Idih, sok nasehati aku ini. Tapi, benarkan apa yang ku katai itu.

Menjawab pertanyaan bu Merry, aku jawab aja…

"Iya bu, emang begitu yang mau saya lakukan di masa mendatang nanti"

"Jadi maksudnya, kamu mau menjadi pengangguran, gitu"

"Kalo bisa, begitulah"

Aku sih enggak terlalu peduli masa depan, jadi ku jalani aja hari ini.

Banyak orang bilang "Rencanalah masa depan mu dengan baik supaya dirimu tidak menyesal di masa mendatang nanti"

Sebenarnya itu benar, sih. Tapi, banyak orang juga yang terlalu fokus untuk rencana masa depan.

Sampai ia lupa dengan masa sekarang yang sedang ia jalani. Jadi, apa yang terjadi di masa depan yaitu "Kenapa tak ku jalani hariku waktu dulu" dan hanya penyesalan juga yang terjadi masa mendatang nanti.

"Bisa di jelaskan lagi. Alasannya, krishna"

"Yah, aku sih enggak mau mengurus masa depan. Sebelum aku bisa mengurus diriku yang sekarang, sih Bu"

"Maksudnya… Tolong lebih detail lagi, Krishna"

"Baiklah, maksudnya itu begini… eeto, bagaimana seseorang yang mau jadi pilot misalnya, bu…" Ibu Merry yang melihat mengangguk kecil dan aku melanjutkan omonganku.

"Ia mau menjadi pilot, tapi dia tidak dapat mengendarai dirinya sendiri untuk sekarang. Bagaimana dia bisa mengendarai pesawat dimasa depan nanti, bahkan membawa ratusan orang di pesawat itu… Bila ia sendiri sulit bahkan tidak dapat mengendalikan dirinya yang bisa dapat menghancurkan hidupnya maupun hidup orang lain, begitulah"

"Jadi dapat disimpulkan dari pernyataanmu itu, Krishna. Bahwa kamu ingin mengatur dirimu sekarang, supaya dapat untuk mencapai impianmu. Benarkah ?"

"Iya, bu. Kurang lebih seperti itu"

"Bagus, Krishna. Ibu suka dengan pernyataanmu itu…" Kata bu Merry sambil menepuk tangannya dan di ikuti oleh yang lainnya.

"Baiklah silakan duduk lagi, Krishna"

"Terima kasih, bu"

Setelah itu, Aku duduk kembali ke kursi ku. Coba tebak apa yang terjadi di kelas yaitu…

Suasana hening dan terdiam. Entah apakah perkataan ku itu menusuk ke yang lainnya. Lalu Bu Merry memilih kembali kertas dan menanyakan ke yang lainnya. Suasana pun kembali ke biasa.

Lama kelamaan cukup bosan sih. Memangku kepalaku pada tangan dengan tangan satunya lagi memutar pulpen pada jarinya.

Mataku mulai terpejam dan tentu aku hampir tertidur.

Ah, tentu karena efek begadang semalam ini pastinya... Enggak salah dan tidak ada alasan lain selain itu.

Bu Merry pun keluar dari kelas dengan berakhirnya pelajarannya.

Guru lainnya masuk ke kelas, yaitu Bu Laila Virgania.

Sebenarnya aku memanggilnya "Kak Laila", Karena dia memang kakakku. Maksudku kakak sepupu.

Saat diluar aku memanggilnya kakak, Namun saat di sekolah. Ia adalah guru dan wali kelasku.

Masuk kedalam kelas dengan ringanan dia melangkah.

Membawa beberapa buku dan tas kecil di tangan kiri dan memakai baju guru warna hitam.

Rambut yang di ikat di belakang sedikit terkibas saat ia berjalan.

Duduk di kursinya dan menaruh buku dengan tas kecil di atas meja dan mengambil spidol di dalam laci mejanya.

Mulai membuka buku dan memulai pelajarannya…

Lalalala….

Penjelasan demi penjelasan di jabarkannya dan tentu ada latihan yang cukup untuk memusingkan karena…

"Baiklah, anak-anak kita akan latihan terlebih dahulu, yah"

Kata kak Laila sambil membuka buku dan sedang mencari soal didalam buku.

"""""Baik, bu"""""

"Oke, buka halaman 67 sampai 68… Jawab dari nomor 1 sampai nomor 30, ya"

Semuanya membuka buku paket halaman yang diberitahukan oleh Kak Laila.

Semuanya, kecuali aku sendiri yang tidak membukanya. Sebab…

"Dan untuk Krishna... Ini adalah soal khusus untukmu"

Katanya sambil memberikan kertas soalnya.

Berdiri dari kursi ku dan berjalan menuju ke depan kelas yang sedang berdiri di depan, Kak Laila dengan memegang kertas soal untukku.

Sampai didepan dan mengambil kertas dari tangannya dengan mataku yang tajam kearah dia.

'Apa yang kali ini kamu rencanakan dan tulis, Kak Laila'

Ya, perkataan itu terjabar jelas di mataku.

''Enggak ada, kok''

Dengan senyum dan kepala yang sedikit memiring ia berkata seperti itu.

Kembali ke bangku ku dan melihat ke arah kertas yang soalnya.

Soal yang dibuat oleh Kak Laila ini sendiri, bukan hanya soal dari pelajarannya saja. Tapi, hampir seluruh pelajaran yang ada dalam soal itu sendiri.

Coba terlebih dahulu ku lihat dan baca soalnya.

Tunggu, inikan soal kelas 3 SMA.

Kenapa semuanya soal pelajaran kelas 3 ini.

Menoleh kearah Kak Laila yang sedang membaca buku di mejanya.

Melihat kearah ku dan miringkan kepala dengan tersenyum, yang dimana semua itu berkata…

'Bagaimana, mudahkan. Pasti bisa'

Bisa gundulmu, malahan ini ngebuat otakku pecah tahu.

Soal yang ada 50 itu semuanya tentang pelajaran kelas 3.

Tidak, bukan semuanya…

Tunggu, kenapa soal nomor 31-40 itu soalnya anak kuliahan ?. Sialan apasih yang dipikirkan olehnya.

Tadi soalnya kelas 3 SMA. Tapi, sekarang ada soal anak kuliahan. Ditambah lagi, itu soalnya dibagian Fisika dan Seni Budaya serta…

Apa…

Apaan ini, ada soal Tata Boga.

Astagfirullah…………

Kenapa dewi sableng dan kesialan (Aqua). Sekarang ada disamping aku, kenapa tidak kau kembali aja ke Kazuma sana.

'Enak dia dapat soal dari Bu Laila'

'Iya, langsung malahan dibuatin'

'Padahal aku juga mau'

Dan blablabla lainnya, saat aku mengambil soal ini tadi.

Coba kalian aja ini ngejawabnya. Emang enak apa dapat soal darinya, Ah.

Kalian pasti setelah mendapati ini pasti akan menyesal nanti. Kalo bisa jawab nih soalnya, nih.

Akhirnya sekarang aku bisa merasakan gimana mendapatkan soal dari guru killer, bukan dari dosen killer bin iblis.

Aku bisa merasakan nasib para mahasiswa yang ikut tes oleh dosen killer yang dimana menentukan hidup dan mati mereka di jawabnya.

Iya, soalnya ada pilihan ganda dari nomor 1 sampai 35 memang pilihan ganda.

Tapi, sisanya essai. Essai, hal yang ditakuti dan susah saat ujian.

Coba bayangi aja ngejawab 15 soal essai yang dimana soalnya dari pelajaran kelas 3 SMA dan kuliahan, sedangkan kamu kelas 2 SMA yang dimana kamu belum belajar sama sekali tentang pelajaran itu.

Bayangkan…

Betapa susahnya hidupku ini.

Tapi, karena soal-soal yang diberikan kak Laila ini juga sudah membantu belajarku selamanya ini.

Dan bisa dibilang, hanya Kak Laila saja yang mengunakan level pengetahuan ku sekarang untuk soal yang dia berikan kepadaku.

Oleh caranya inilah aku selalu mendapatkan peringkat lima besar atau tiga besar dan nilai tertinggi di sekolah.

Walaupun rasanya mau mati aja, deh.

••••••••🐦••••••••••••••••••
14 Menit sudah.

Dan sekarang, belum satupun yang sudah ku jawab.

Oh Tuhan, berikan aku hidayah dariMu untuk menjawab soal-soal ini.

Terus berulang-ulang aku membaca untuk mencari kelemahan soal itu dan sungguh aku enggak menemukan kelemahannya.

Mencari jalan keluar dan terus berpikir sambil memutar-mutar pulpen di jariku.

35 menit berlalu
Untuk sekarang, aku sudah menjawab 30 soal yang berada di pilihan ganda yang berisi pelajaran kelas 3.

Masalahnya itu, 20 soal lain. Dimana 5 soal pilihan ganda dan 5 soal essai dari pelajaran kuliahan, serta 10 soal essai kelas 3 belum terjawab

Untuk 7 soal pelajaran kuliahan sudah dapat petunjuknya. Tapi, 3 soal lainnya yang merupakan soal Tata Boga belum ada pertunjuknya sama sekali.

Ah, aku mau nonton anime...

Mau main game…

Mau baca manga…

Mau baca light novel…

………AKU MAU PULANG……

Posted by
Facebook Twitter Google+

Comment Now

0 komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

About