Permainan Kehidupan Sialan Yang Nyata | Chapter 4: Datangnya Nasib yang Baru

Rute 4 ; Datangnya Nasib yang Baru.

"Uwa.. aaaah." Uapku dengan mata yang kantuk.

15:12
Sudah lewat dua belas menit, tapi kenapa si anak itu belum pulang. Janjinya mau mau pulang jam tiga, tapi kenapa belum juga.

Tiga gelas kosong dengan ada sedikit kopi di dalamnya yang berada di atas meja dengan setumpuk koran yang sudah ku bacain.

Bosannya hari ini. Mau nonton tv, tapi palingan adanya berita politik, acara alay, atau reality show settingan. Mengambil ponselku dari dalam kantong saku celanaku.

Di luar, terlihat langit yang mendung dengan hampir gelap menutupi matahari. Membuka aplikasi cuaca di ponselku dan kayaknya mau hujan ini.

"Assalamualaikum… Kakak, aku pulang…"

Ada seseorang masuk dengan suara ala imut imouto memiliki rambut coklat dengan mata kuning cerah dan seragam Sma yang dipakai bersama tas kecil yang dia bawa. Itu kan si Shisca.

Membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, Melepas dan menaruh sepatunya di rak sepatu. Dengan santai berjalan ke dalam.

Akhirnya… Si biang masalahnya datang juga.

Berdiri dari sofa dan menuju ke arah pintu rumah. Aku yang sudah kesal dengan aksinya pagi tadi itu.

Menuju ke arahnya, kekesalan yang ada di wajahku itu langsung membuat dia mundur ketakukan…

"Kakak, ad..da a… pa ini ?"

"KAMU INI, YA!"

Kekesalan ku yang enggak bisa ku tahan lagi. Langsung ku cubit pipinya dan menasehatinya...

"Ah… Sakit.. Sa.. ki.. it, kak… Adu-du-duh… hakit… ha.. kit, kak… Ber.. he.. tik, kak"

"Diam…Kamu ini, ya… Kenapa kamu memberitahu dia tentang aku !?… Jadi ini yang ngebuat kamu nanya begitu tadi pagi, ya kan"

Aku yang terus mencubit kedua pipi Shisca dengan tanganku. Ada seseorang yang melihat aku sedang mencubit adikku.

Saat ku menoleh ke arahnya yang masih di depan pintu, belum masuk ke dalam dan hanya melihat kami berdua.

Memiliki rambut pirang, tubuh yang ramping, mata berwarna biru cerah, dan memakai baju SMA yang sama seperti dari SMA ku dan Shisca.

Tunggu dulu… Biarkan aku loading sebentar.

•••••••••

Ah… Aku tahu.

Dia kan Anata. Melihat kepadaku, dia lalu tersenyum dengan senangnya dan badan yang agak membungkuk sedikit dengan tangan di taruh di belakang.

"Loh, kok Anata… Kenapa kamu ada di sini"

"Ad.. uh.. uh.. kak.. hakit.. kit" Masih aku cubit pipinya Shisca.

"Oh, Itu karena Shisca tadi mengajakku datang ke rumahnya"

"Eh…"

Mendengar jawaban Anata, aku langsung menatap tajam ke arah si biang kerok Shisca. Shisca yang tadi berteriak karena aku mencubitnya, sekarang terdiam tertakutan.

——[Sudut pandang si Imouto, Shisca]

(Hah… Kakak sudah masuk mode IBLIS!!)

Kini, terasa sekali aura membunuh dari Kakak dengan matanya yang sangat tajam ke arahku. Saking tajam, aku tidak dapat untuk pergi kemanapun bahkan mengalihkan pandangan mataku.

Pipiku yang masih terus ditarik, itu sakit. Tapi... Sekarang aku tidak kesakitan karena ini lagi, tapi aku sudah masuk neraka dengan telah mengaktifkan tombol Iblis Kakak.

——[Kembali ke Sudut Pandang Protagonis Utama]

Aku langsung menarik Shisca dengan cepatnya…

"Anata. Boleh tunggu sebentar nggak ?"

"Hah, boleh aja kok"

"Sekarang ikut aku, Shisca"

"Eh… Tunggu kakak, kenapa narik kak ?… Ada apa kak!"

Menarik Shisca ke tempat yang agak berjauhan dari depan pintu rumah. Anata yang kebingungan dengan kepalanya yang muncul [?] dengan sangat jelas.

Menggenggam tangan Shisca dengan kerasnya. Aku melihat-lihat apa Anata bisa melihat atau mendengar kami berdua. Baiklah, dia enggak bisa melihat kami.

Aku lepas genggamanku dari tangannya dengan masih ada kekesalan di wajahku. Dia memegang tangannya yang kesakitan karena genggamanku tadi itu…

"Adu.. uh, sakit tau kak"

"Kamu kenapa ngajak Anata ke sini ?"

"Itu… Tadi aku dengan kak ipar ketemu di jalan pas pulang… Jadi aku ajak aja deh."

Dengan senyum manisnya yang terpampang di wajahnya itu dengan senangnya mengatakan itu.

Tunggu siapa kak ipar…

"Tunggu… Kak ipar, siapa itu kak ipar ?"

"Tentu saja, itu adalah kak Anata akan jadi kakak iparku dan istrinya kakak!"

"Apaan sih kamu ini!… kak ipar atau istri apa, ya"

Kaget apa yang di jawab oleh Shisca. Bagaimana dia dengan bangga memanggil Anata dengan sebutan seorang kak ipar.

Aduh… Kenapa aku begitu kesalnya dengan ini anak.

Pasti turunan dari ibunya ini yang mirip banget mereka itu. Ibu yang kadang nganggu atau mengahili ayah dan selalu mengambil keputusan dengan cepatnya.

"Tapi ya, kak"

"Kenapa ?…"

"Kenapa kakak nolak kak ipar ?"

"Tolong, Shisca. Jangan panggil dia dengan kata kak ipar, karena aku dengan dia belum menjalin apapun"

"Oh, maaf… Jadi, kenapa kakak enggak mau jadi pacarnya kak Anata ?"

"Itu karena…" Melipat kedua tangan di dada. "Karena aku belum mencintainya."

"Eh… Kok belum cinta sama dengan kak Anata, kenapa belum menyukai kak Anata ?… Kenapa, kak!"

Entah mengapa, ini anak lebih menunjukkan rasa penasarannya daripada Anata saat siang tadi. Sekarang, aku perlu memutar otak ini.

"Aku sebenarnya sih… Sudah menyukai si Anata"

"Nah kan, kakak sudah menyukai kak Anata. Jadi kenapa enggak jadian aja dengan kak Anata"

"Aduh, kamu enggak mengerti dengan apa yang kukatakan, ya…"

"Eh…"

Shisca kebingungan dengan perkataanku itu dan memiringkan kepalanya dengan mata yang kebingungan apa yang ku maksud.

Baiklah inilah saatnya menggunakan otakku yang tadi lagi loading kelamaan. Saatnya permainan kata-kata di mulai…

"Apa yang kamu ketahui tentang sebuah [Cinta] dan [Suka]"

"Bukannya keduanya sama aja"

"Itulah yang enggak kamu mengerti… [Cinta] dan [Suka] memang memiliki suatu arti yang sama. Tapi, kedua tidak bisa di sebut sebagai sebuah kesamaan yang menyatu… Contohnya, siapa artis yang kamu sukai ?"

"Yang aku sukai itu… Oh iya, Ed Sheeran"

Untung nih anak bukan seorang penggemar artis Kpop atau plastik (Sebagai Author, ( _ ;) saya mohon maaf atas perkataan Krishna ini, karena dia suka benar ngomongnya #Plakk ;v). Saat aku menanyakan yang di sukai oleh Shisca, dia sempat kebingungan dengan pertanyaanku tadi…

"Nah, jadi kalo kamu menyukai Ed Sheeran. Apa yang kamu sukai ?"

"Itu aku suka penampilannya, suaranya dengan gaya nya sih"

"Nah itu dia. Kamu menyukainya itu karena kamu melihat penampilannya dan gaya nya yang membuat kamu menyukainya, kan ?"

"Iya…"

"Itu berarti kamu hanya menyukainya atas apa yang kamu liat dari setiap ia tampil. Kamu pasti belum tentu tahu tentang sisi lain dari dirinya…"

Shisca yang masih kebingungan dengan perkataanku itu, terlihat terus mencari arti yang mudah di pahami nya. Tapi, kayaknya harus ku jelasin dengan cara mudah aja.

Percuma aku ngomong panjang lebar, tapi dia enggak mengerti. Ya sudah, ku singkati aja makna di perkataanku ini…

"…Jadi suatu hal yang kamu sukai itu belum tentu di maksud dengan cinta. Itu karena kamu belum tahu menahu tentang hal darinya yang mungkin kurang kamu sukai. Itu artinya kamu hanya menyukainya itu dari luar… Sedangkan kalo kamu mencintainya. Itu berarti kamu siap menerima semua kekurangan dan ketidak kamu sukai dari luar maupun dalam dirinya dengan lapang dada..." Melihat ke Shisca yang agak mengerti apa yang aku omongin, aku lalu melanjutkannya…

"…Kamu akan mencintainya sebab kamu sudah menerima seluruh dirinya dan kamu memiliki sesuatu yang di sebut; kesetiaan, kebahagiaan, menerima, kasih sayang, dan lainnya kepada seseorang yang akan menjadi sosok yang sangat penting di hidupmu… Menjadi sebuah semangat, jalan, tujuan, dan arti dari hidupmu yang sangat besar. Mengerti sekarang ?"

Ah… Lelahnya berkata panjang bak penggaris.

Menganggukkan kepalanya yang berarti dia sudah mengerti. Syukurlah… Dia akhirnya mengerti juga dengan apa yang aku omongin kepadanya.

"Kalo begitu, kak. Akan aku bantu kak Anata supaya membuat kakak jatuh cinta kepadanya!"

"Ah… Terserah kamu deh"

Mengepal kedua tangan dan mengangkatnya dengan mata yang penuh cahaya berkilau dengan terangnya. Entah kenapa, Anata dan Shisca, mereka berdua memiliki kemiripan semangat yang besar.

Oh iya… Aku baru ingat.

Anata. Dari tadi dia menunggu di depan pintu rumah, harus kuajak masuk ke dalam rumah. Enggak enak rasanya, menyuruh si Shisca untuk mengajak Anata masuk.

"Oh ya, Shisca ajak masuk Anata ke dalam."

"Baiklah, komandan. Shisca akan menjalankan misinya, Siap 86." Mengangkat tangannya dengan gaya memberikan hormat, tapi posisinya agak salah. Sambil dengan senyumnya lebarnya.

"Sudahlah cepatan, Enggak enak nantinya."

"Aku pergi dulu…"

Ia lalu dengan cepat berjalan kearah pintu untuk mengajak masuk ke dalam rumah. Sedangkan aku menuju kearah dapur, membuka rak piring untuk mengambil tiga gelas, dan juga membuka kulkas sambil mengambil botol besar Cola dan menuju ke ruang tamu.

Melihat kearah sofa di ruang tamu, aku melihat dimana Anata dan Shisca sedang melihat sebuah album di tangan mereka.

Mereka terlihat saling tertawa dan tersenyum sambil melihat foto di album. Aku melihat Anata yang entah bagaimana itu, dia begitu senang dan penuh melihat setiap foto yang ada.

Membalik ke halaman album berikutnya, tiba-tiba wajah Anata menjadi berwarna merah sedangkan wajah Shisca malahan terlihat senang melihat Anata. Halamannya dibalik dan wajahnya berubah dengan penuh kayaknya melihat suatu yang lucu dan enggak bisa ditahan untuk memeluknya.

Kalo aku sih, melihatnya kayak sedang menonton satu episode anime yang dimana kelanjutan bikin penasaran setengah mati dan pada akhirnya akupun menonton maraton sampe anime habis.

Ehmm…

Kayaknya aku tahu itu album, melihat foto yang di tunjuk oleh Shisca di salah satu halaman dari album itu, kayaknya aku kenal itu anak yang ada di dalam foto yang ditunjuk oleh Shisca.

Dimana, ada seorang anak bocah ingusan berumur 4 tahun yang sedang memegang sebuah buku yang dia lihati dengan penuh penasaran yang ada di dalam buku itu, tapi buku yang dia pegang ternyata dipegangnya dengan posisi terbalik.

Ehmm…

Aku baru menemukan jawabannya… Itukan album foto-foto aku saat kecil dulu.

Menuju cepat kearah mereka berdua yang masih asik tersenyum dengan melihat foto yang ada di dalam album, menaruh ketiga gelas dan Cola di atas meja kaca ruang tamu yang ada didepan mereka. Langsung ku ambil dan tutup album yang berisi foto-foto biadabku itu…

"Eh.. Kenapa kakak. Kok di ambil albumnya ?" Shisca dan Anata, mereka berdua kaget ketika aku langsung mengambil album yang mereka pegang dan lihat.

"Kamu apaan sih, Shisca. Ngambil album foto orang tanpa minta izin dulu"

"Enggak apa-apa, kan. Lagian kak Anata juga penasaran sama foto-foto kakak waktu dulu."

Menoleh kearah yang melambaikan tangannya dengan wajah yang seakan menunduk dengan tersipu malu diwajahnya.

"Eh… Eng.. Enggak kok. Aku cu.. cuma di ajak oleh Shisca aja."

Aku menghelakan nafas. "Ah… Ya sudahlah…"

"Tunggu kakak kok malah di ambil. Aku dengan kak Anata belum selesai ngelihat foto-fotonya"

"Terserah aku."

"Moh…"

Aku mengambil album yang mereka pegang dan tiga album yang ada di meja. Banyak juga si anak itu ngambil album yang ada di ruang kerja ayah.

Air hujan pun akhirnya turun dan dengan gelap dari awan mendung menemani air dalam akhir perjalanannya saat menjadi awan di langit.

Shisca yang kelihat senang karena turun hujan sedangkan Anata kayaknya terlihat khawatir. Oh iya, Anata kan mau pulang, bagaimana kalo aku menyuruhnya untuk menginap dulu sampai hujannya rendah…

"Oh iya, Anata. Kamu nginap aja dulu sampai hujannya berhenti, bagaimana ?"

"Eh… Apa boleh ?"

"Wah. Tumben kakak ngomong kayak gitu."

"Apaan sih, Shisca. Tentu saja boleh sampai hujannya berhenti dan juga Shisca ganti baju sana"

"Iya-iya, kak. Oh ya, kak Anata ayo ganti baju juga aja"

"Eh."

Aku lalu menyuruh Shisca dan Anata untuk ganti baju sana. Dari tadi cuma pakai seragam sekolah saja.

Aku masih berdiri dengan memegang album biadab di tanganku dan Anata dengan Shisca yang duduk di sofa sambil ngobrol…

"Tapi, ukuran bajuku ama kak Anata kan berbeda. Jadi bagaimana, kak ?"

"Enggak apa-apa, kok. Aku enggak perlu ganti baju aja."

Menanyakan kepadaku tentang ukuran baju. Hmm… Memang ukuran antara Shisca ama Anata agak berbeda, mulai dari tubuhnya, pinggang, sampai bagian dadanya.

Eh… Kok malah ngomongin ukuran sampai ukuran dadanya, oih. Nah, sudah error nih otak.

Oh ya, kan ada baju ibu di kamar ayah ibu. Kayaknya pas ukurannya dengan Anata daripada dengan baju Shisca yang kekecilan.

"Shisca. Bukannya ada baju ibu di kamarnya, kan ?"

"Ada kok. Oh iya, kak Anata pake aja baju ibu di kamarnya"

"Eh, boleh apa ?. Enggak apa-apa kalo aku memakainya!"

"Enggak papa, kok Anata. Pake aja, soalnya banyak di dalam lemari kamarnya. Kamu pilih aja bajunya… Shisca, kamu juga bantuin Anata, ya ?"

"Siap, akan aku bantuin kak Anata. Ayo, kak, kita ke kamar."

"Em… Iya"

Menyuruh Shisca untuk nemani dan bantuin Anata. Shisca berjalan dengan gaya ala tentara apalah itu sedangkan Anata mengikuti Shisca dari belakang. Mereka lalu naik tangga ke atas, karena semua kamar ada di lantai dua semua.

Membawa album ke ruang kerja ayah dan menaruhnya di dalam lemari. Aku lalu mengambil salah satu buku di dalam rak besar buku di ruangannya.

Di ruang kerja, terlihat sebuah meja kerja dengan ada monitar, PC, mouse, keyboard, dan sebuah laptop yang terbuka tapi tidak hidup di atasnya, serta setumpuk buku yang sebenarnya bekas aku baca yang belum aku taruh kembali di rak.

Melihat kearah luar jendela ruang kerja, hujan yang turun semakin lebat dengan angin yang kencang. Di halaman luar rumah yang gelap dengan lampu halaman yang redup dan air hujan yang mengenai tumbuhan di halaman.

Lumayan lama ini hujan.

Keluar dari ruang kerja, aku menuju ke ruang tamu dan kembali duduk di sofa sambil membaca buku tadi dengan meminum Cola yang tadi aku keluarkan dari kulkas.

Cukup lama juga mereka berdua, apa jangan-jangan mereka!. Ah, jangan pikirkan yang aneh-aneh.

Membaca buku dengan santai nya sambil sesekali melihat kearah kamar yang ada di atas. Buku yang ku baca saat ini sedang seru-serunya, dengan membaca yang tidak henti sambil meminum Cola-nya.

*Sereeet*

Pintu kamar dari kamar ayah ibu terbuka. Aku mengalihkan pandangan kearah kamar yang ada di atas sana. Melihat Shisca yang begitu senangnya sedangkan Anata yang malu-malu.

Mereka berdua terlihat keluar dengan pemandangan yang kayaknya belum pernah kulihat selama ini dari atas tangga.

Anata yang baju bunga berwarna putih dan bermotif bunga dengan memakai rok berwarna kuning yang kayaknya lebih pendek dari rok sekolah dan ini pasti dari Shisca. Kerah bajunya agak sangat longgar dengan bagian lengan pendek yang terlihat kulit mulus dari tangannya.

Mencoba menutup bagian bawahnya dengan malu-malu nya dan ketika dia menoleh kepadaku, dia lalu menunduk dan terus menutup bagian bawahnya.

Sedangkan anak yang satunya yaitu Shisca. Dengan senangnya melihat baju yang agak longar di bahunya yang berwarna merah muda yang dipakainya dengan sangat gembira. Jari tangan lalu membentuk kata V peace sambil bergaya ala berfoto dengan sedikit memiringkan kepalanya dengan senyumannya.

Sejak dulu… Aku agak penasaran dengan cewek yang berfoto, kenapa sih saat berfoto mereka selalu aja kepalanya agak di miringi  ?.

Mereka berdua lalu turun menuju ke arah sofa. Duduk di sofa berwarna merah itu dengan santai mereka saling bercerita, aku yang kembali membaca buku dengan sesekali melihat mereka.

Aku baru ingat. Hari ini kan, Shisca yang masak makanannya…

"Oh iya, Shisca..." Mengalihkan pandanganku ke mereka dan memanggil Shisca.

"Kenapa, kak ?" sahutnya.

"Hari ini, kamu kan yang masak makanan, kan"

"Shisca baru ingat. Iya hari ini aku yang masak." Jawabnya dengan menunjuk dan mengangkat jarinya. "Tapi, Bahan-bahannya, kak…"

"Tenang aja, aku sudah beli tadi di minimarket pas pulang sekolah tadi. Masaklah, tapi jangan boros gunakan bahannya"

"Baiklah, kak. Ayo kak Anata ikut juga"

"Eh…"

"Tentu aja, kak. Kalo kak Anata bikin makanan yang enak untuk kakak, maka bukan kah itu bagus, kak. Kak Anata bisa jadi kayak istrinya kak Krishna."

"Benarkah…"

"Ano nah, Shisca"

"Enggak apa, kan, kak ?"

"Iya deh"

Entah apa yang di pikirkan oleh nih anak. Tapi, kayaknya Anata sangat semangat dengan mengepal kedua tangan bahwa dia siap. Mereka lalu menuju dapur.

Untung aja, tadi aku sudah membeli bahan-bahan masak. Kalo enggak, sudah habis duit di saku ini oleh Shisca untuk beli banyak barang. Aku yang menunggu mereka lalu mengambil remote dan menghidupi tv.

Aku terus menggonta-ganti channel saluran tv yang hampir semuanya menayangkan acara alay sampai atau berita tentang apalah ini ; Politik, korupsi, artis-artis, atau sejenisnya.

Ketemu juga, untung masih ada acara musik yang masih fokus kebahasaan musik bukan malah gosip-gosipan atau candaan receh.

20 menit kemudian…

"Kakak, makanannya sudah siap!"

"Oh… Iya"

Shisca yang memanggilku dengan teriakkannya, aku lalu berdiri dari sofa yang tadi ku duduki dan mematikan tv. Lalu berjalan menuju ke ruang makan.

Shisca yang sedang menata piring dan sendok sedangkan Anata yang sedang memindahkan dan mengangkat mangku besar sup kearah meja makan.

Aku lalu duduk di kursi makan dengan Shisca yang memberikanku piring dan sendok makan. Mereka berdua juga duduk di kursi dan mengambil nasi.

Aku juga lalu mengambil nasi dan lauknya ternyata opor ayam dengan sup bayam. Tapi, sialan kenapa aku membeli ayamnya tiga.

Harusnya aku beli satu atau dua aja tadi. Aku lalu memakan opornya, Shisca juga mulai memakan dengan cerianya. Anata yang melihatku makan dari tadi dengan wajah yang entah kenapa khawatir gitu…

"Bagaimana, kak ?. Enak, kan opor ayamnya ?" Shisca lalu menanyakan pendapatku tentang masakan opornya.

"Ehm, enak banget opornya."

"Enak, kan. Ini semua dibuat oleh kak Anata, semuanya, loh"

"Benarkah…"

Menoleh kearah Anata yang memegang sendok sambil melihatku saat Shisca menanya padaku. Saat menoleh dan langsung mata kami berdua ketemu.

Canggung terjadi di arah saat kami berdua saling bertatapan mata dan berpapasan dengan arah pandang yang sama. Terdiam sambil saling menatap sedangkan si Shisca masih kegirangan dengan lahap makanannya.

Entah berapa detik, aku dan Anata saling berpapasan yang tidak ada henti….

"Eih… Kakak mau sampe kapan mandangi kak Anata terus ?" Suara nada jahil dan nakal datang. "Nanti dingin loh, kak, makanannya!"

Tiba-tiba suara yang agak besar dengan nada nakal melewati momen itu, itu suaranya Shisca yang senang banget dengan momen itu.

Langsung aku mengalihkan perhatian kearah piring dan memakan makananku, melihat kearah Shisca yang terus-terusan senang melihat reaksi aku dan Anata saat menyadari sedang di lihati oleh Shisca.

Tapi, enggak aku sangka kalo Anata juga jago masak sih. Disampingi itu, jadi apa yang dilakukan oleh anak yang senyum-senyum dari tadi itu yang seharusnya masak hari ini!.

"Jadi apa yang kamu lakukan ?" Menunjuk kearah Shisca dengan mata setengah datar, ya (T_T).

"Tentu saja, aku ngebantu kak Anata."

Berkata dengan mengangkat kedua tangannya dengan bangga sombongnya. Melihat kearah luar jendela yang dimana hujan dengan lebat dan gelap bergumam di luar sana.

"Begini, kakak, ya…"

"Kenapa ?…"

Dengan nada yang penuh penasaran memanggil ku sedangkan ku lihat Anata yang makan dengan entah kayak gaya atas.

"Kakak. Apa kak sudah jatuh cinta ama kak Anata ?"

""Fuuuuuhhh…——""

Aku yang mendengar pertanyaannya itu, langsung tersedak, terdiam membeku dengan perkataannya. Anata juga kayaknya juga tersedak.

"Apaan sih kamu ini Shisca ?"

"Eh… Bukankah aku sudah bilang kalo aku ingin ngebantu kak Anata buat kakak jatuh cinta kepadanya. Jadi bagaimana sudah belum ?"

""Eh…""

Entah aku atau Anata, kami berdua benar-benar terkejut dan diam membeku dengan jawaban Shisca itu. Sendok yang tadinya aku pegang terjatuh dengan muka kaget. Melanjuti apa yang dia omongi…

"Apalagi disaat tadi, saat masak berdua dengan kak Anata. Katanya, dia bolehin aku ngebantu"

"…!"

"Disamping itu, Tau enggak kak ?!. kak Anata saat masak tadi, mukanya tersenyum cantik loh, ditambah kak Anata juga ngomong 'Aku memasak untuk Krishna… Rasanya kayak istrinya aja.', begitu.".

"Enggak, kok. Aku enggak bilang begitu," berkata seperti itu sambil melambaikan kedua tangannya. "Shisca… Kamu ini."

Terlihat jelas di wajah Anata yang bahkan lebih kaget daripada aku. Pipi yang tersipu atas apa yang di katain oleh Shisca itu, itu enggak tau tapi malunya itu loh.

Aku melanjutkan makan ku dan menghiraukan omongan Shisca. Selesai makan, aku lalu berdiri dari kursi makan dan menuju ke wastafel dapur sambil membawa piring yang tadi aku gunakan.

Mencuci tangan dan mulut di wastafel, aku lalu berjalan kearah tangga ke kamarku. Shisca yang masih berada di meja makan sambil memakan makanan sedangkan Anata yang sudah hampir menghabiskan makanannya, menoleh kearah ku…

"Mau kemana, kak ?" Sahut dari seorang anak yang ngeselin yaitu Shisca.

"Aku mau ke kamarku dulu, emangnya ada apa ?"

"Oh. Enggak ada apa-apa, kok."

Jawaban yang diberikan oleh Shisca, entah kenapa dia tersenyum lebar dengan wajah yang nampak merencanakan sesuatu yang licik.

Menaiki tangga, lalu membuka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar.

"Ah……"

Tempat yang selama ini aku rindukan sekarang sudah ada di depan mataku. Langsung aku duduk di kursi racing di depan komputerku.

Menghidupkan komputerku sambil bersender di kursi yang aku duduki. Loading windows terlihat di monitor komputer.

|========—————|

Wuuhhh… Terlihat tiga Waifu yang nampak di ketiga monitor yang ada di depanku, yang masing-masing menampilkan wallpaper dari Kaori Miyazono, Sagiri Izumi, dan Kato Megumi.

Ketika aku lihat sinyal yang ada pada wifi komputer yaitu…

Lost Connected [iIll]

"Ah, Sialan. Aku lupa beli paket kuota tadi, oh ya, Shisca kan..."

Langsung aku berteriak dari kamar ku memanggil Shisca yang kayaknya ada di kamarnya yang ada disamping kamarku.

"SHISCA…" Teriak ku yang seperti mengejutkan yang ada disamping kamar.

"Ada apa sih, kak ?"

"Mana kartu paket yang aku suruh beli tadi ?" tanyaku sambil berteriak kearah samping kamar.

"Ini ada di aku, kak"

"Mana ?, cepatan"

"Iya-iya…" Jawab dengan suara yang kesel terdengar jelas dari nadanya itu.

*tok, tok, tok, tok*

Pintu kamarku terketuk, langsung aku berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar yang masih terdengar suara ketukannya.

Membuka pintu kamar, mengeluarkan kepala ku. Ternyata yang datang ialah Anata yang di tangannya terlihat memegang tas kecil.

"Oh, Krishna." Suara kecil terdengar dari mulutnya.

"Eh, Anata, Ada apa ?"

"I.. Itu, ini aku di suruh oleh Shisca memberikannya ke kamu."

"Oh..."

Mengangkat dan memberikan tas kecil yang dia pegang kepadaku.

Mengambil tas kecil itu dari kedua tangan Anata, aku buka tasnya dan melihat sekitar ada; kartu paket yang aku minta beliin tadi, Zipper headset, ama sebuah buku novel yang bila ku lihat kayaknya jumlah halaman itu sekitar 300-an.

Ehm…

Kayaknya dia beli lumayan banyak juga, ya. Menghiraukan itu semua, aku lalu berterima kasih kepada Anata yang melihat ku dari tadi.

"Terima Kasih, Anata"

"Hmm…" Menganggukkan kepalanya dengan kecil. "Aku kembali ke kamar Shisca dulu."

"Oh Iya…"

Jawabku, Dia lalu pergi dan masuk kembali kedalam kamar Shisca yang tadi kedengarannya mereka berdua tadi sedang bercerita di dalam kamarnya Shisca.

Aku lalu masuk kembali kedalam kamarku dan kembali duduk di kursi racing. Menyalakan WiFi-ku yang sudah terisi kuota dengan juga memulai memainkan komputer kembali.

Memakai headphone berwarna merah-biru ku kembali, melihat kedepan tiga layar monitor dengan membuka sebuah game. Yang pasti bukan eroge.

—“Youkoso -[Reincarnation no Sekai]”—

Suara yang terdengar dari headphone itu bersama suara imut. Membuka akun ku pada game hanya untuk mendengar…

—Onii-chan… Ganbatte—
Ha… Suara yang begitudt u rtwuwa lembutnya.

[•••••••••25 menit]
Memainkan game di komputer selama hampir setengah jam didepan ketiga layar monitor

Mencoba untuk terus bermain dengan memainkan game tipe MMO-RPG yang dimana aku sudah selesai mengerjakan Quest yang aku ambil tadi.

Melepaskan headphone dan lalu berbaring di atas kasur kamarku. Ah… Empuknya kasur ini.

Mengecilkan volume AC kamar dengan remot yang ada disamping kasur. Mengambil beberapa Manga dan LN (Light Novel) yang ada di atas kasur dan membaca kedua.

"Neh… Kak Anata kenapa sih Kakak suka kak Krishna ?"

"Eh. Kok tanya itu, sih…"

Terdengar suara samar dari kamar sebelah yaitu kamarnya Shisca. Ya, dinding kamarku dan Shisca tidak terlalu tebal, jadi kadang kalo Shisca itu berteriak suka kedengaran olehku.

Memasang telinga di dinding kamar, dengan maksud mendengar obrolan mereka yang ada di kamar sebelah.

Tenang saja. Aku ini sudah belajar cara menguntit, membuntuti, dan mengintip orang lain yang dulu aku diajarkan oleh Mbak Wulan yang sering stalker-in Kak Vian.

Disamping itu, Good Question Shisca. Aku juga penasaran, kenapa Anata suka padaku.

Masih menunggu jawaban Anata.

"Jawab dong, kak Anata," kata Shisca yang juga menunggu jawaban Anata.

"Cerita panjang sekali, Shisca."

"Enggak apa-apa, kak. Cerita-in aja."

"Baiklah, kalo begitu alasan aku suka dengan Krishna itu karena…"

Anata pun mulai bercerita tentang kenapa dia suka padaku dengan Shisca dan Aku yang mendengarkan dia bercerita.

Posted by
Facebook Twitter Google+

Comment Now

0 komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

About