Permainan Kehidupan Sialan Yang Nyata | Chapter 3: Kabar dari Nasibku yang Dulu

Rute 3 ; Kabar dari Nasibku yang Dulu.

"Maukah kamu menjadi pacarku?"

"Eh…"

Apa…

Sebentar…

Tunggu dulu…

Apaan ini ? Apa sebuah flag atau rute yang aku ambil !.

Sekarang, berdiri seseorang siswa laki-laki di kelas kosong yang begitu sepi dan hening. Berdiri terdiam berdua dengan seorang siswi yang cantik berambut pirang, membeku atas apa yang terjadi. Membeku seperti batu, dikarenakan cewek yang cantik berada di depannya, sudah mengatakan suatu hal yang sampai waktu berhenti yaitu 'Menembak' dirinya.

Ahaha…
Sungguh sangat indah sekali ini kayak yang ada di dalam LN, VN, Manga, sama Anime. Tiba-tiba ada cewek yang nembak aku, sungguh ajaib bin mistic. Apa lagi oleh cewek sempurna seperti Anata.

Sungguh aku sama sekali enggak mengerti.

Aku pun mengaruk pipiku dengan jari telunjukku dan mata yang terus berputar mencari arti makna sesungguhnya.

Masih belum mengerti apa yang dimaksud, aku lalu menanyakan balik…

"Maaf, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan ?"

Dia yang tadi menunggu apa yang mau aku katakan, tiba-tiba menjadi kesal. Tangan mengepal, apa dia mau meninju atau menamparku…

"Mau berapa lagi aku bilangi", katanya dengan muka yang agak kesal.

"MAUKAH KAMU MENJADI PACARKU…"

Suara kamu kebesaran.

Untung sekarang sudah kosong kelas. Kalo tidak, pasti akan menjadi parah dan ribut di dalam kelas bahkan di luar kelas.

Berteriak dengan keras yang sampai kelas sebelah kedengaran. Mendengar teriak membuat aku menutup kedua telingaku dengan tanganku.

Aku lalu menanyakan lagi kepadanya…

"Tunggu, kenapa kamu menembak aku ?“

Dengan melepas tanganku dari telinga dan mengangkat kedua tanganku. Membuka kedua telapak tangan untuk menunjukkan '
'tunggu dulu'.

Dia yang mendengar pertanyaanku, langsung menundukkan kepala dan wajahnya kembali merah yang entah mengapa itu terlalu imut.

Aku yang mencoba terus menahan cobaan ini. Apa ini mimpi ?, Ketika aku mencubit pipi ternyata ini bukan mimpi.

Menjawab pertanyaanku tadi dengan wajah merah dan menunduk…

"Karena… Aku menyukai kamu… Mencintaimu."

Suaranya begitu kecil tapi, aku mengerti apa dia katakan dengan suara yang entah malu-malu itu.

Tunggu. Menyukai aku. Bahkan mencintai aku.

NANI KORE ?…

Tolong tuhan, berhentilah untuk memberi cobaan yang sama kayak di NV atau LN dong.

Aku harus menolaknya. Menolak. Menolak…

MENOLAKNYA…

Menundukkan kepala dan badan ku dengan tangan masih bergetar karena enggak enak mengatakannya.

Lalu dengan perasaan enggak enak, Aku langsung membungkukkan badan dan berkata…

"Maaf… Aku enggak bisa pacaran dengan kamu"

Wuuuuuhh….

Sungguh hebat. Hebat sekali kamu, Krishna. Akhirnya bisa nolak cewek bahkan nolak cewek cantik dan populer se sekolahan seperti dia.

Padahal ini kesempatan sekali seumur hidup. Wauh… Amazing sekali.

Mendengar penolakanku itu dia menundukkan kepala dan jarinya bergerak dengan suara sedikit suara lembut yang berdesak seakan bersedih.

"Eh…" Dengan desak kecil yang dimana air matanya mau keluar.

Ah… Gawat. Apa aku salah ngomong ?, Aku harus membuatnya tenang!.

Dia lalu mengangkat kepalanya sedikit dan bertanya kepadaku…

"Kenapa… Kenapa kamu menolak aku ?"

Dengan suara yang agak berat dan mata yang entah mengapa menyuruhku menjawab dengan kebenaran.

Mencari jawaban dari pertanyaannya itu, otakku sekarang sedang berputar-putar.

Akhirnya ketemu juga…

Menoleh kearah samping. Melihat lapangan dan pepohonan di pinggirnya dari jendela didalam kelas.

"Itu… Itu karena aku sudah memiliki pacar."

Maafkan aku tuhan sudah berbohong kali ini. Maafkan hambamu ini.

Mengangkat kepalanya dengan wajah yang terkejut dan terlihat air mata yang seakan mau keluar dari matanya itu.

Menundukkan kepalanya lagi dan air matanya pun mengalir dengan hening di kelas. Tetesan air mata terjatuh di lantai kelas yang begitu bening.

Gawat, nih...

Aku sudah membuatnya menangis. Tangan yang tadi terlihat mengepal, sekarang melemas dan terlepas dari genggam tadi.

Aku hanya bisa terdiam menyaksikannya itu. Mencoba ingin menenangkan dirinya. Tapi…

Aku sudah tahu telah menyakiti dirinya dengan kebohongan ku tadi itu. Tanganku ikut melemah dan mataku tak hentinya melihatnya.

"Bohong…"

"Eh…"

Dia mulai berbicara lagi, badannya kembali tegak dan tangannya juga mengepal. Aku kebingungan dengan katanya itu.

Kakinya melangkah maju dan menuju kearahku. Berjalan terus dan aku kaget dengan wajahnya yang terus memandang ku.

Kukira, dia mau pergi. Terdiam dan enggak bisa bergerak karena terasa jalan untuk keluar dari situ, mengecil.

Mendekat kepadaku, dekat. Dan wajahnya dengan mukaku saling berdekatkan. Dekatnya sekitar sekilan.

Dekat. Dekat. Dekat.

Wajah kami berdua saling berpapasan dan berdekatan. Matanya yang berhenti menangis mengarah langsung ke mataku.

"Bohong… Kamu itu belum ada pacar, apalagi orang yang kamu sukai, kan ?"

Suaranya berubah menjadi suara dan mukanya yang campur aduk antara sedih, marah, kesal, dan aku tidak tahu cara mengambarnya.

Karena dekat sekali. Aku sampai bisa merasa udara yang keluar dari mulutnya saat bicara dan dapat melihat bayangan dari diriku di mata birunya.

Kenapa dia tahu kalo aku tidak punya pacar ?. Tapi benar juga, aku kan sedikit teman bahkan enggak ada sama sekali. Bagaimana mau punya pacar.

Tapi, kenapa dia juga tahu kalo aku enggak punya orang yang aku sukai ?.

Wajah yang masih mendekat, dia enggak henti-hentinya memaksaku untuk menjawab pertanyaannya itu.

"Anu… Anata ?"

Aku coba mengatakan sesuatu, dia masih tetap mendekati. Wajahnya yang kesel itu, tiba-tiba berubah menjadi merah.

Menjauh dari wajahku dan mundur beberapa langkah. Kayaknya dia sudah sadar, menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya…

"Ma... Ma- af, Krishna." Suaranya yang lembut dengan masih memainkan jarinya.

Aku lalu mengalihkan pandanganku kearah samping dengan melihat jendela kelas. Tapi, darimana dia tahu semua itu ?.

Apa dia seorang Stalker ?. Ah, enggak mungkin itu. Apa jangan-jangan dia diberitahu oleh Mbak Wulan ?.

Lebih baik aku menanyakannya saja…

"Anu, Anata… Darimana kamu mendapatkan informasi kayak gitu ?"

Setelah mengatakannya, aku melihatnya dengan entah kenapa, wajahnya lebih merah dari sebelumnya. Mulutnya bergerak-gerak ingin mengatakan sesuatu, tapi enggak ada suaranya...

"Itu… itu karena aku menanyakannya ke Shisca kemarin. Ka.. Katanya kamu nggak pun… punya pacar dan tidak ada orang yang kamu su.. sukai."

Sialan tuh anak. Jadi ini yang membuatnya bertanya padaku tadi pagi.

Siap-siap saja nanti kamu Shisca. Akan aku buat untuk membalas semua ini kepadamu nanti.

———————(Sementara itu, Si Imouto yang imut…)
(Moshi-moshi, Polisi-desu. Penulisnya kayaknya mau nyulik anak di bawah umur)

"Acuuhhh……(Kayaknya ada ngomongin aku)"

"Kenapa kamu, Shisca ?"

“Enggak apa-apa kok." Menggelengkan kepala.

"Oh.. Begitu"

Melihat ke luar jendela. "(Bagaimana, ya ? Semoga beruntung Kak Anata, bukan Kakak Ipar!)"

———————(Kembali ke suasana tadi!!!)

Balik keadaan aku sekarang yang tengah menentukan antara dua jalan yang sama kayak NV yang pernah aku mainkan dulu.

"Jadi kenapa… Kenapa kamu tidak mau jadi pacarku ?… Jawab dengan jujur!"

"Ah… Itu… Hmm…"

"Apa kamu membenciku ?"

Aku kebingungan mencari jawaban yang harus aku katakan. Karena sekali saja salah…

—Sayonara Ore wa Sekai—

Kalimat yang langsung terpikir oleh ku.

Menjawab pertanyaannya itu. Kayaknya sekarang aku harus jujur untuk menjawabnya…

"Ah, aku bukan membencimu." Melambaikan kedua tanganku untuk mengatakan bukan.

Tadi dia yang menundukkan kepala, sekarang mengangkat kepalanya dengan mata yang bersinar kilau yang merasa senang dengan jawaban yang aku katakan…

"Terus… Kenapa ?"

"Itu… Karena… Aku belum menyukaimu atau mencintaimu"

"Eh…"

Mengalihkan wajahku saat mengatakan itu. Dia terlihat tersenyum dengan wajah yang memiringkan kepalanya karena sedikit bingung dan tidak ada kesedihan lagi.

"Eh, kenapa kamu bilang begitu ?"

"Yah, aku tidak bisa melakukan sebuah hubungan dengan seseorang, kalo aku bukan menyukainya."

Agak menundukkan tubuhnya agak rendah sambil memandang wajahku yang dimana mata kami saling bertemu.

Senyumannya yang berwarna itu dan mata birunya yang berkilau dengan tidak ada air mata di matanya. Dia lalu berkata…

"Kalo begitu…" Melangkah agak maju dari tempat dia tadi. "Apa aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku, Apa itu boleh ?"

"Ah… Iya"

Menjawab perkataannya itu, dia terlihat senang dan menyilaukan cahayanya. Melangkah maju kearahku.

Mendekati ku. Dia lalu…

*Cuh...*

Dia mencium pipiku. Membuatku terkejut dengannya. Setelah memciumku itu, wajahnya berubah memerah dan melangkah menuju keluar kelas…

"Makasih, Krishna… Aku akan berusaha untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku… Dadah…"

"Eh, Dadah…"

Anata lalu pergi dari kelas sambil melambaikan tangannya saat mau pergi. Aku membalasnya juga dan melambaikan tanganku kepadanya.

Memegang pipi ku yang tadi dicium olehnya, saat aku pegang pipi ku yang masih ada bekas ciumannya. Aku hanya bengong membayangkan yang terjadi itu.

Berlari dan melangkah kecil meninggalkan kelas dengan wajahnya yang terukir senyuman dan kebahagiaan.

••••••••

"APAAN ITU TADI ?…"

Berteriak di dalam kelas atas apa yang terjadi tadi. Nani Kore…

Cewek cantik nan sempurna yang selalu di kerja oleh banyak orang, menyatakan cintanya dan menembak ku. Wah, sungguh impian seorang Otaku menjadi nyata.

Bukan…

Ini pasti mimpi, pasti aku sedang tidur di kelas ini. Aku yakin itu.

Mencubit pipi dan badanku untuk coba terbangun dari mimpi yang sialan ini. Tapi…

Ternyata ini semua NYATA…

Aduh… Sakit juga aku mencubit diriku. Menoleh kearah jam dinding kelas yang menunjukkan jam setengah lewat dua.

13.37
Ah… Sudah jam begini. Pasti karena ngabisin waktu untuk mengoreksi lembaran soal jawaban tadi yang menghabisi lebih dari setengah jam.

Aku lalu, juga keluar dari kelas dan bukan untuk pulang ke rumah dahulu. Menuju tangga gedung sekolah.

Turun dari lantai 2 dimana kelasku berada, turun ke lantai satu dengan melihat sejumlah kelas yang ramai.

Oh iya, hari inikan. Hari sabtu, jadi banyak eksul yang melakukan kegiatannya di hari ini.

Sejumlah eskul yang ada di kelas lantai 1 gedung sekolah, kalo enggak salah itu : eksul jurnalistik, seni terampil,  dll di ruang kelas sedangkan karate, silat, taekwondo, tari, drama ada di ruang kosong dan eksul futsal, basket, voli berada dilapangan sekolah.

Menuju keluar dari gedung sekolah dan berjalan santai sambil melihat kegiatan eskul di lapangan sekolah. Aku tidak ikut eksul apapun di sekolah.

Melewati lapangan sekolah dan juga melewati pepohonan yang ada di sekitar sekolah. Teduh yang diberikan oleh pepohonan di sekitar dengan suara dari lapangan sekolah.

Hari ini cukup berangin cuacanya. Dedaunan yang layu terbawa angin dengan suasana yang tertam.

Menuju kearah gedung perpustakaan, melewati gudang sekolah dan juga green house sekolah. Berjalan terus dengan santai dan ada pesan masuk ke ponselku...

「From: Shisca
    Bagaimana kakak dengan kak Anata tadi ?」

Akhirnya si biang kerok muncul. Rasa kesalku meluap-luap melihat pesan yang dia kirim. Membalas pesannya itu dengan amarahku…

「From: Kakak
    Kamu ini  Kenapa kamu memberitahunya tentang aku, sih ?」

Amarahku yang tidak bisa ku tahan lagi, Aku luapkan dengan kesalnya ke dia. Membalas pesanku itu dengan maafnya…

「From: Shisca
    Maaf, kak  Soalnya kak Anata sendiri yang tanya kepadaku. Kalo kakak itu punya pacar ato enggak. Maaf😊」

Meminta maaf pake emoji segala ini pesan. Ya sudahlah, namanya adik juga. Sebagai seorang kakak sebaiknya memaafkan adiknya bila melakukan kesalahan.

「To: Shisca
    Beliin aku kartu paket dulu. Nanti pas kamu pulang ke rumah, kalo kamu beliin aku maafin」

「To: Kakak
    Siap, komandan. Akan aku laksanakan hingga nyawaku menjadi taruhannya」

Alangkah alay-nya pesan yang dia kirim kali ini.

「From: Kakak
    Ya sudahlah, aku maafin」

「From: Shisca
    Makasih ya, Kakak. Jadi bagaimana kak ?」

「To: Shisca
    Sudahlah.」

「To: Kakak
    Jawab dong.」

Mengabaikan pesannya itu, aku lanjut menuju ke perpustakaan. Mengeluarkan headset dan memainkan musik di ponselku.

«[A-L1] Liar Maks 【Hexenring】»

Sesampainya di perpustakaan, aku lepas headset dan ponselku. Perpustakaan yang cukup besar.

Masuk kedalam perpustakaan yang cukup banyak buku di sana - sini. Melihat kearah meja penjaga perpustakaan yang sepertinya tidak ada yang jaga.

Berjalan masuk dan melangkah di antara rak buku yang cukup besar. AC ruangan yang tidak terlalu dingin dengan kesepian yang tidak ada orang di perpustakaan itu.

Aku mendengar ada seseorang di tempat ini. Menuju kearah suara itu, ternyata itu adalah bu Merry yang sedang membereskan buku di rak.

Bu Merry, dia selain guru bahasa indonesia, Dia juga guru penjaga perpustakaan...

"Oh, bu Merry…" Sahutku kepada bu Merry.

"Eh… Krishna. Kamu belum pulang, ya"

"Iya bu, aku mau membaca buku di perpus dulu. Lagian di rumah enggak ada orang!"

"Emangnya Ananda dimana ?, Kok enggak ada orang!" Tanyanya kepadaku.

"Itu anak, dia katanya mau main kerumah temannya," jawabanku. "Jadi, dia pulangnya lama bu."

"Oh… begitu. Krishna seperti biasa, ya. Tolong jaga perpus" Mengeluarkan kunci perpustakaan dari sakunya dan memberikannya kepadaku. "Ibu pulang dulu… Dah"

"Iya, bu"

Mengambil kunci dari tangannya dan bu Merry lalu pergi dari perpustakaan setelah membereskan buku-buku.

Aku lalu berjalan lagi diantara rak buku dan melihat-lihat buku yang ada. Akhirnya ketemu…

Mengambil buku yang ada di rak yakni buku yang ternyata ada di sini. Aku mengambil beberapa buku dari rak dan menuju ke meja penjaga perpustakaan.

Duduk di kursi penjaga perpus dan menaruh beberapa buku yang aku ambil tadi di atas meja. Buku-buku yang aku ambil itu…

Sherlock Holmes - Penelusuran Benang Merah
Sherlock Holmes - Anjing Setan Baskerville
Sherlock Holmes - Petualangan di Rumah Kosong
Sherlock Holmes - Gambar Orang Menari
Agatha Christie - Pembunuhan ABC
Agatha Christie - Sepuluh Anak Negro
Soji Shimada - Tokyo Zodiak Murders

Semua buku yang bertema misteri detektif ini. Aku lalu membaca dari buku "Penelusuran Benang Merah". Duduk dengan tenang di kursi penjaga perpus dan suara sepi dari Perpus.

Setiap halaman ku baca dan tidak lupa aku juga ikut berpikir untuk mendapatkan jawaban yang sama dengan apa yang ada di buku itu.

14.24
Setengah jam lebih aku membaca semua buku itu. Dari buku-buku itu, yang aku sukai adalah Penelusuran Benang Merah, Anjing Setan Bakerville dan Tokyo Zodiak Murders.

Mengembalikan semua buku yang aku ambil tadi ke rak nya masing-masing. Menuju ke meja penjaga, tapi ada satu buku yang membuatku tertarik saat berjalan tadi dan membuatku terhenti untuk melihatnya.

Buku itu berjudul "Permainan Kartu Kematian <the-Wolf-Card> — Yoake Aka". Mengambil buku itu yang bikin aku penasaran dengan covernya yang menggambarkan tiga kartu yang masing-masing bergambar Wolf, Hunter dan Village.

Kembali duduk di kursi dan mulai membaca buku itu.

*Sereeet……*

Pintu perpustakaan terbuka, aku menoleh dari buku itu dan ternyata yang datang adalah Hardi yang pasti datang menemui ku setelah eksul jurnalistiknya...

"Ah yo, Krishna." Sapanya dengan Melambaikan tangan kepadaku.

"Kenapa, Hardi ?, bu Merry tadi sudah pulang. Jadi, kenapa kamu datang kesini!?"

"Ya kamu nih. Aku kesini bukan mau lihat bu Merry kok, sumpah…"

(T_T) –Apa benar kayak itu !?…–

"Tumben kamu, jam segini masih di perpus aja."

"Ah itu tadi…" Membalik halaman buku yang aku baca. "Aku tadi lagi disuruh oleh si mbak Wulan untuk mengoreksi hasil ulangannya anak kelas 1"

Ia lalu masuk dan berkeliling di perpustakaan, tadi enggak jauh dari tempatku. Jadi, sambil aku membaca buku lagi dan ia sedang melihat-lihat buku. Kami masih saling bercakap…

"Oh… Jadi kamu sedang mengoreksi ulangannya anak-anak kelas 1 ?"

"Iya…"

"Kamu sendirian yang ngoreksinya ?"

"Enggak…"

Hardi yang mendengar kataku itu, tiba-tiba langsung menuju ke tempatku dengan cepatnya. Terlihat diwajahnya yang begitu terkejut…

"Beneran kamu enggak mengoreksinya sendirian ?" pertanyaannya yang masih kaget.

"Iya, beneran."

"Cowok atau Cewek ?"

"Cewek…" Balasku.

"Cantik ato enggak…? Dari kelas mana…? Siapa namanya…? Dimana rumahnya…? Dia punya socmed…? Berapa nomor hpnya…? Apa kamu juga suka dia…?"

Kebanyakan, Oih. Entah kenapa sekarang, seperti aku sedang di interograsi yang berada di dalam sebuah ruang putih kosong yang hanya ada lampu pijar yang bergoyang di atas langit-langit ruang itu dan sebuah meja putih di depanku.

"Jadi. Sebutkan semua hal yang kamu ketahui tentang cewek yang bersamamu itu ?!…"

Semua pertanyaan itu langsung menuju kepadaku.

Aku menjawab singkat saja dengan nama cewek yang menemani aku mengoreksi itu…

"Akan aku jawab semua jawaban kamu itu dengan namanya aja…!"

"Iya, ayo sebutin namanya"

Alangkah penasaran nih anak. Baiklah, aku sebutin aja namanya. Ia pasti kenal orang hanya dengan namanya saja…

"Namanya itu…" Menutup bukuku dan menaruh ke atas meja. "Anata Pamela Erdha."

"Eh… BOHONG……"

Oih, suara lo kekerasan…

"Benaran, kok"

Mukanya sekarang tergambar dengan jelas kekagetannya. Untuk sekarang saja, lebih baik aku tidak ngomong kalo aku ditembak oleh Anata.

Kalo tidak pasti tahulah akibatnya…

Memasukkan buku yang mau aku pinjam kedalam tas dan juga menulis namaku di buku pinjaman buku perpus. Berdiri dari kursi dan menuju ke keluar pintu perpustakaan.

"Mau kemana kamu, Krishna ?" Menoleh kepadaku saat mau meninggalkan perpustakaan.

"Aku mau pulang, lah." Jawabku

"Eh, tunggu aku."

Kami berdua lalu pulang bersama, berjalan santai saat pulang dan juga kami membeli dan memakan es krim di tengah jalan.

Aku dan Hardi, kami pun berpisah di jalan pertigaan. Berjalan melalui jalan satu arah dengan santai sambil masih memakan es krim.

Berhenti didepan warung koran yang ada dan seperti biasanya sebelum pulang aku membeli  koran dahulu…

"Pak. beli koran hari ini, pak"

"Oh, nak Krishna… Koran seperti biasa, ya ?"

"Iya, pak…"

Lalu bapak yang menjaga warung koran itu mencari beberapa koran yang biasanya aku beli sebelum sampai ke rumah.

Beberapa koran yang sudah dicari itu dan menunjukkannya kepadaku…

"Nah, nak Krishna… Koran sindo, media indo, kompas, detik, dan dua lainnya. Harga seperti biasa"

"Oh, makasih, pak. Ini duitnya..."

Membelikan uangnya, lalu aku melanjutkan pulang ke rumah. Sesampainya di depan rumah dan masuk melalui gerbang depan.

Rumahku memiliki 2 lantai dengan loteng di atasnya. Mengunakan gaya rumah modern yang bagus. Mengambil kunci dari kantong saku ku dan masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum…"

Aku masuk ke dalam yang tentu enggak ada penghuninya. Walaupun tidk ada penghuninya di dalam rumah, yang penting kita harus mengucapkan salam ketika masuk rumah.
(Jaamaa ah… oh jamaha…… Curhat dong, mah)

Menaruh koran yang aku beli tadi diatas meja kaca di ruang tamu. Menaiki tangga, karena kamarku dan Shisca ada di lantai dua. Awalnya aku mau menuju ke ruang kerja ayahku, tapi enggak jadi.

Menuju ke kamar langsung, menaruh tasku dan menganti pakaianku. Keluar dari kamar dan menuju ke dapur. Mengambil gelas dari dalam laci dapur dan lalu membuat kopi dari mesin kopi.

Mengambil segelas kopi tadi, menuju ke ruang tamu. Duduk di sofa depan tv, menaruh kopi itu di atas meja kaca dan membaca buku yang aku pinjam tadi.

14.57
Jam dinding terus berdetak, aku yang sudah membaca buku. Lalu mengambil dan membacanya koran yang dibeli tadi…

Menunggu pulangnya Shisca, karena hari ini dia yang masak makanan. Melihat koran dengan sambil meminum segelas kopi yang aku buat tadi.

Posted by
Facebook Twitter Google+

Comment Now

0 komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

About